22 January 2015

I Call What This Stories?

Dear you.

Pernah gak merasakan First Love? Atau First Love-mu itu just a Monkey Love? atau Hippopotamus Love? Kalo diinget-inget sih, pasti seru, bikin ketawa, senyum-senyum sendiri. First Love-ku dimulai pas waktu SD. Aku waktu itu suka sama cewek kecil, senyumnya semanis permen lolipop, dan yang paling aku suka rambutnya yang agak bergelombang. Dulu dia emang gak kerudungan, tapi mungkin pas SMA dapet ilham mungkin ya, dia sekarang pake kerudung. Oiya, dia juga pinter kok juara kelas men,udah pinter, baik, meskipun kadang bikin jengkel sih, dan menurutku sih dia paling cantik di sekolahku. Tapi itu dulu, sekarang mah banyak yang cantik. Aku mau nyeritain kisah dulu pas masih cupu. Masa-masa SD, ya dimana wajahku masih belum berjerawat. Emm.. cerita ini berawal..

Setiap kelas punya cerita masing-masing, setiap kelas juga ada sejarahnya kenapa kita bisa saling kenal, ketawa bareng, sedih ketika sedih itu dibutuhkan, jengkel ketika ada cowok lain yang ngedeketin gebetan kita atau kalah main bola sama sekolah lain, berantem dengan teman sendiri atau paling enggak sama sekolah lain, geng dengan nama yang sangar di sekolah, satu cewek yang disukai cowok satu kelas sampai nilai sekolah yang gak terlalu membebani pikiran kita. Huaa.. sungguh memori yang berharga.
Sebelumnya maaf jika cerita ini berantakan, tapi aku berusaha menata kembali kenangan yang sudah usang. Butuh waktu lama sih, tapi itu sangat menyenangkan jika bisa mengingat kenangan bersamamu di saat kita masih belum memperdulikan kerja apa kita kelak, mau jadi apa kita nanti.
Waktu itu tinggiku masih segini, masih suka sama sepatu yang hadiahnya tamiya atau beyblade daripada yang bagus. Masih suka maen jadi Power Rangers bohong-bohongan, dan waktu itu Teletubbies dan Dora adalah acara paling booming. Digimon, Pokemon, Ultraman selalu ditunggu di hari Minggu. Scooter Po masih terlihat keren. Cita-cita masih seputar polisi, dokter, masinis, pilot, dan kawan-kawan. Itu masih kelas 1 SD sih, tapi gak jauh beda sama yang sekarang, hahaha.
Saat itu hari-hari terindah yang pernah aku jalani. Kadang pingin mengulangnya kembali.. Hemm.. Masa-masa dimana jerawatku masih belum tumbuh, ya.. sangat bahagia.

PROLOGUE
Aku masih ingat satu sosok perempuan tercantik dikelasku. Entahlah apa yang membuatnya cantik. Aku sendiri heran. Mungkin karena senyum dan setiap tingkah lakunya ya? Entahlah dunia memang terasa sempit waktu itu. Cuma dia yang aku pikirkan, dan berharap bisa bertemu. Meskipun mereka berkata masih banyak wanita lain tapi, kenapa yang terlihat hanya dia? Sampai akhirnya.. Emm mungkin “Suka”, ya “Suka” itulah kata-kata yang tepat untuk menjelaskan semua rasa yang dirasakan bocah kecil sepertiku dulu.

TOKOH DIGIMON
Aku ingat pertama aku menyatakan secara tidak langsung bahwa cewek yang aku suka adalah kamu.  Pagi itu aku masuk kelas, kamu dan teman-temanmu sudah ada dikelas. Biasalah namanya anak perempuan suka ngumpul dan ngebicarain hal-hal yang gak penting gitu. Setelah melewati sekumpulan cewek salah satu temanmu nyeletuk bertanya “Ris, kamu suka ke siapa di kelas ini?”. Untuk seukuran anak SD menanyakan hal seperti itu sudah termasuk anak yang jenius, sudah dewasa dan mampu mandiri, orang tua dia pasti bangga punya anak seperti itu -_-. Tapi karena waktu itu aku merasa cowok paling keren di kelas dan aku gak mau ke”keren”anku hilang, langsung aja tanpa pikir panjang aku jawab “Sora”. Spontan anak-anak dikelas bilang “ciyeee...”. Aku bingung kenapa mereka bilang ciyeee? Pertanyaannya, apa yang menyebabkan aku menjawab “Sora”? Aku jelaskan proses menjawab pertanyaan “Kamu suka ke siapa Ris?” yang diolah oleh otakku. Pas ditanya, dengan pertanyaan seperti itu, otakku dengan cepat memroses jawabannya dan yang muncul adalah wajahmu. Dan ya tentu untuk menyamarkan namamu, otakku memroses hal lain yang hampir mirip denganmu. “Sora” itu adalah nama karakter cewek di film animasi “Digimon” yang aku suka. So, I decided to say her name. Tapi sialnya, nama itu nyaris sama seperti namamu. Dan reflek itu membuatku ditertawakan teman-teman di kelas. Tapi aku tidak bisa berbohong. Aku terlalu polos. Hey! Aku jujur loh? Terima kasih sudah mengenalkanku dengan rasa ini. Mungkin sejak itu awal rasa ini muncul. Dan terima kasih sudah mengajariku untuk jujur meskipun melalui sebuah perumpamaan.
Sejak kejaidan itu juga aku sering diam-diam sering merhatiin kamu. Itu salah satu alasan kenapa aku sering duduk gak jauh dari bangku tempat dudukmu. Aku juga kadang gak suka kalo ada cowok lain khususnya jauh lebih  jelek dari aku yang ngedeketin kamu. Hahaha..

PUISI BIKIN CEMBURU
Mungkin bagi siswa SD pelajaran yang disukai selain menggambar, adalah Bahasa Indonesia. Pelajaran Bahasa Indonesia yang aku dapat selain membaca dan menulis adalah membuat puisi. Gak seperti puisi teman-temanku, aku buat puisi tentang kehidupan di desa. Entahlah apa yang menuntunku untuk membuat puisi tentang pedesaan.Saat itu memang panas sih cuacanya, apa hubungannya coba? Atau mungkin karena rumahku di desa kali ya? Tapi bukan puisiku yang jadi inti dari cerita ini. Tapi puisi temen sebangku ku. Tanpa aku sadari ketika dia dipanggil oleh ibu guru untuk membacakan puisinya di depan kelas, hatiku terguncang man! Bukan karena puisi temanku yang bagus ataupun cara dia membacakan puisinya melainkan karena dia buat puisi tentang kamu. Jelas sudah didalam puisinya berisi hal-hal tentang kamu, “Wajahmu yang begitu cantik”, “Senyummu yang begitu manis”, ... bla ... bla ... bla ... bahkan tukang becak pun yang lalu lalang di jalan tau kalo itu puisi tentang kamu. Sambil melirik ke arahmu dia membacakan puisinya dengan mantap. Gila bener ni anak, sudah gak ada malu, berani bikin puisi tentang kamu pula. Aku aja gak berani, memandangmu pun aku gak sanggup malah teman sebangku ngedahuluin. Tapi itu gak membuat semangatku surut untuk mendapatkan perhatianmu karena aku tau dia bukan orang yang kamu suka. Tapi waktu itu ketika aku melihatmu, kamu tersenyum malu mendengar puisi itu. Mungkin karena kamu aku liatin ya? bukan karena puisinya? Hahaha.

PENGHARAPAN DARI SANG JUARA KELAS
Akhir dari Caturwulan 1 kelas 1 ini selesai. Di tempatku matahari mulai terasa agak hangat. Ketika aku bermain di halaman belakang rumah nenekku, ibuku datang membawa buku berwarna merah. Yap! itu raporku. Dan hal yang tidak diinginkan terjadi. Aku rangking 1 dengan nilai rata-rata 9. Sombong dikitlah. Dan itu memang patut disombongkan. Karena hanya terjadi sekali seumur hidupku. Ya, itu ranking 1 pertama dan terakhirku. Awal caturwulan 2, ketika masuk kelas semua teman kelasku memberi sambutan yang meriah. Aku merasa seperti seorang petarung yang memenangkan laga gladiator. Aku juga tidak menyangka banyak teman yang memberi selamat. But, hey dimana ucapan selamatmu? Aku tidak melihatmu waktu itu. Aku harap kamu juga memberi selamat. Tapi tidak apalah, cukup tau aja kalo aku pernah pinter dari kamu dan itu terjadi dulu, ya dulu sekali. Atau mungkin kamu malu ya karena rangking satunya bukan kamu tapi aku? :D

TEMPAT UNTUK MENDENGARKAN SUARAMU
Waktu di zamanku wartel atau lebih tepatnya Warung Telepon masih jadi pilihan yang disukai masyarakat khususnya aku untuk berkomunikasi jarak jauh karena HP masih orang-orang elit yang punya. Ceritanya berawal ketika aku dan teman-temanku biasa ngumpul di markas malam-malam. Markas yang aku maksud bukan markas teroris ya, salah satu rumah temanku yang biasanya menjadi tempat ngumpul kami baik ngerjain PR bareng-bareng ataupun hanya sekedar maen aja. Semuanya sudah di kerjakan, maen petak umpet udah, maen PS udah, ngerjain tugas juga udah. Akhirnya kami waktu itu sama-sama iseng punya inisiatif buat ngerjain kamu atau sama-sama pengen denger suaramu entahlah, setiap orang punya alasannya sendiri yang gak pernah aku ketahui. Entahlah hal itu wajar menurutku. Dikelas yang cantik cuma kamu sih, meskipun alternatif lain juga ada sih, hehe. Pas banget pas kita lagi kumpul di markas, depan markas ada wartel dan kami putuskan untuk menelponmu lewat wartel. Masalah lain muncul. Gimana cara kami tau nomor telepon rumahmu? Hal ini sangat mudah bagi kami. Ilmu ini hanya bisa dikuasai oleh orang-orang yang jenius. Tapi aku bocorkan karena apabila ilmu yang kita bagikan kepada orang lain itu berguna dan diamalkan, maka kita akan mendapatkan pahala. Kami dapat nomor telepon setiap cewek di kelas dari buku binder anak cewek dikelas. Kan sering tu binder cewek isinya biodata temen sekelas, nah dari situ kita dapet nomor telepon cewek yang mau kita telepon. Tapi nomor telepon ini bukan nomer HP melainkan nomor telepon rumah. Nah, iseng-iseng kami pinjam buku bindernya temen cewek sekelas dan langsung cari nomer telepon cewek yang menjadi incaran kami. Uang sudah dikumpulkan. Kami berlima masuk di ruang telepon itu. Ada mbak lumayan cantik yang lagi ngejagain tuh warnet. Kami tekan nomer teleponmu sambil berharap yang ngangkat telepon itu kamu bukan ayah atau ibumu. “Ckrek” “Halo siapa ini?” kami pun saling dorong mendorong gagang telepon, masalahnya tidak ada satu dari kita yang berani ngomong duluan. Akhirnya salah satu teman kami mau juga untuk berbicara. Mampus ternyata yang ngangkat ibumu. Tapi kami gak kehilangan akal, awalnya kami yang tersenyum jahat berubah menjadi anak SD polos yang hendak menanyakan PR pada seorang temannya. “****** ada tante?” kami menjawab. “Ada, ini siapa ya?” jawab ibumu. “Saya teman kelasnya ******, Otong tante, mau tanya PR”. “Oh iya sebentar”. Dan trik kami berhasil! Selama uang kami masih cukup untuk membayar wartel, kami terus saja ngomong hal gak jelas, nanyain hal-hal yang gak jelas ke kamu. Dan hei! Apa kamu masih ingat apa saja yang kita bicarakan di telepon?

KAOS SINGLET HANYA INGIN MENEMUIMU
Hal yang satu ini yang menjadi bagian favoritku. Ya favorit, karena pas kejadian ini kamu terlihat begitu cantik. Setelah sampai di rumah, aku segera melepas seragamku dan bergegas melakukan rutinitasku setelah pulang sekolah. Hal yang biasa aku lakukan sepulang sekolah adalah mancing atau nangkepin ikan, hal ini disebabkan karena aku emang suka ikan dan pasnya waktu itu di halaman belakang rumah nenekku ada sungainya. Ikannya kalo gak salah waktu itu mirip ikan guppy. Sampai akhirnya aku mancing di jembatan di kampungku bareng tetanggaku. Mungkin kamu gak percaya apa yang aku dapat, ikan sejenis lele tapi makannya kotoran gitu. Hahaha, waktu itu aku emang lagi polos-polosnya. Gak berapa lama temenku datang dia ngajak buat maen ke rumahmu. “Ayo maen ke rumah ******” ajak temenku. Tanpa pikir panjang aku langsung meng”iya”kan dan bergegas pinjam sepeda sepupuku. Karena jaraknya gak begitu jauh, dengan cepat kami sampai di depan rumahmu kami berdua berteriak manggil namamu. Ya, mau gak mau harus gitu soalnya halaman rumahmu luas banget sih, bikin jarak pagar halaman dengan pintu rumahmu itu jauh. Tapi tetap gak menyurutkan semangat kami untuk bertemu kamu. Setelah kami menunggu lumayan lama, sampe ayam tetangga bertelor. Akhirnya sesosok wanita mungil keluar dan membuka pintu gerbang. Kami yang menunggu disebelah pagar tidak tau kalo itu kamu. Setelah kami menoleh, kami terkejut, langsung salting. Tau kan salting itu apa? Salting itu adalah ketika orang yang kamu suka, muncul begitu saja dengan cara tiba-tiba di depanmu dan mengucapkan sepatah atau dua patah kata seperti “Hai Risky” dengan nada manja dan kecupan sambil mengedipkan mata, hahaha. Nah, hal itu juga terjadi pada kami, mungkin khususnya aku sih. Dan gak tau kenapa kami tidak menemukan sepatah kata pun untuk dikatakan dan karena itu kita memutuskan untuk segera kabur dari hadapanmu. Masalahnya yang membuat kami kabur bukan karena kamunya, melainkan kami terlalu pecundang untuk basa-basi dan mengatakan bahwa kami ingin maen kerumahmu. Dan aku sendiri punya alasan, alasan cukup maco. Aku memakai kaos dalam dan aku baru menyadarinya ketika kamu muncul. Damn! Ini kejadian emang bikin malu. Ternyata aku lupa ganti baju. Ah, ini sangat sangat memalukan tapi aku suka kejadian ini. Yang pertama karena kamu waktu itu benar-benar terlihat cantik dan yang kedua senyumanmu. Kadang-kadang ketawa sendiri sih, kalo inget-inget kejadian ini.

I COME TO YOU COME TO ME
Pagi itu ada kejadian yang membuatku tidak semangat belajar di sekolah. Bukan karena uang jajan kurang atau kantin tutup. Tapi waktu itu kamu lagi sakit dan gak masuk sekolah. Ya mau gak mau harus menjalani hari itu tanpa ada senyummu. Emang kamu gak pernah senyum ke aku kok, tapi setiap aku melihat wajahmu, aku merasa bahagia. Ya, bahagia bisa sekelas sama kamu. Jam pelajaran usai, aku bergegas dengan teman-temanku ke parkiran sepeda. Hei! kami semua akan menjengukmu. Seperti halnya para singa yang akan mencari mangsanya, kami pun sangat bersemangat menuju kerumahmu dengan sepeda kayuh kebanggaan kami. Sampai di depan rumahmu kami semua meneriaki namamu. Sebelumnya, kami masih rundingan siapa yang akan manggil kamu. Tapi itu tidak berpengaruh, kami semua manggil-manggil namamu. Bodohnya kami lupa kalo kamu sedang sakit. Tapi terima kasih sudah mau bukakan kami pintu gerbangmu dan tetap mau menemui kami dengan keadaan seperti itu dengan SENYUMMU..
Ya, kami waktu itu masih malu-malu. Tak berapa lama bagian cewek datang. Ah, mereka mengganggu saja. Tidak lama kami juga langsung pamit pulang. Kami punya acara sendiri saat itu.Harapan kami cuma dua buat kamu, cepat sembuh dan kamu terhibur dengan kedatangan kami.

Keesokan harinya seperti kehidupan biasanya seorang bocah ingusan. Bangun pagi, mandi, sarapan dan berangkat ke sekolah. Dan taa daa! Matahari yang redup itu kembali bersinar. Dengan hentakan kaki yang keras dalam hati aku berkata “Hai ****** kamu sudah sembuh kan! Ayo buat hariku menyenangkan ya!”. Pokoknya hari itu sangat ceria penuh dengan canda tawa. Sekolah usai dan aku bergegas pulang. Sampai dirumah, hanya bermodal kaos singlet dan kolor aku memulai aktivitasku sendiri. Gak beberapa lama sepupuku manggil, katanya ada temanku, cewek lagi. Ha? Tunggu-tunggu? Cewek? Apakah aku baru saja bermimpi? Karena gak percaya, aku langsung lari aja keluar dengan pakaian seperti itu. Dan ya kali ini Tuhan mewujudkan impianku. Ada segerombolan cewek main kerumahku. Aku langsung bergegas ke kamar dan ganti baju. Malulah kalo pake baju kayak gitu.
“Waduh ngapain kalian kesini?” Tanyaku. “Gak boleh ya?” jawab sala satu orang dari gerombolan cewek itu. “Boleh sih, tapi ngapain coba” jawabku. Akhirnya orang dirumah nyuruh aku buat mempersilahkan mereka masuk. Tunggu dulu, itu kan kamu? Ngapain kamu ikut-ikutan main kerumahku? Betapa malu bercampur bahagianya aku waktu itu. Dalam pikiranku aku menkhayal “Tujuanmu kesini dalam artian mau bilang “Hei makasih ya sudah mau jenguk aku, sudah bikin hariku lebih baik, sudah bikin aku cepat sembuh”. Lalu aku jawab “Ah, gakpapa kok, aku emang niat mau main aja”. Dan kita saling tersenyum dan tersipu malu”. Just being stupi person with bad imagination, haha.
Baaammm! Khayalan itu hilang seketika bersamaan dengan suara orang rumah teriak manggilin aku. Berterima kasih kalian semua kepada orang rumah karena sudah bikinin sirup buat kalian semua. Aku antar satu per satu gelas yang berisis sirup berwarna hijau itu. Gak lama setelah kalian minum sirup kalian memutuskan untuk pamit pulang. Wahahaa akhirnya ya. Nah sejak saat itu aku bingung alasan kalian main kerumahku itu apa? Ataukah itu sebagai ucapan terima kasih atau kalian haus dan memutuskan lewat rumahku hanya untuk minum sirup gratis? Entahlah yang pasti waktu itu aku sangat terkesan kalian mau main kerumahku.

VOLLY KELAS
Waktu itu ada kejadian luar biasa di kelas kami. Guru Matematika kami tidak masuk dan dia juga tidak memeberi kami tugas, Horee. Sungguh luar biasa untuk seorang guru Matematika kami tidak memberi tugas dan membiarkan kami mengering di kelas. Tapi semua itu tidak membuat kami, khususnya kaum adam kehilangan akal untuk mencari kegiatan yang di bilang ekstrim. Apa yang kalian lakukan ketika gak ada guru dan gak ada tugas yang diberikan? Maen kartu? Dengerin musik? Pergi ke kantin? Nyanyi keras-keras? atau tidur? Itu sudah biasa. Yang kami lakukan lebih ekstrim dari kalian. Ya! kami bermain volly. Bukan di lapangan tapi ya, karena di lapangan sudah terlalu mainstream, haha. Kami putuskan untuk bermain di dalam kelas, ya di dalam kelas men! Coba bayangin maen volly di dalam kelas? Seru kan tuh. Tapi masalahnya bukan aku yang memulai ide itu. Teman-temanku yang bagian nakalnya yg memulai, tapi lama kelamaan aku lihat kok kayaknya seru. Jadilah semua anak cowok sekelas ikut main. Sebenarnya sih aku gak jago-jago banget di bidang olahraga, tapi aku ikut saja karena seru dan aku ingin menunjukkan kehebatanku dalam bermain volly. Sok jago gitu. Semoga aja kamu liat pas aku lagi nye-Mash. Tapi kayaknya kamu sibuk belajar ya? atau ngobrol sama temenmu? Setelah agak lama bermain salah satu teman kami melakukan smash keras yang berkhir di muka salah satu teman cewek. Akhirnya diapun nangis dan gara-gari ini kamu langsung mengadu ke ruang guru. Akhirnya guru Matematika kami datang. Oh God! Kami yang bermain volly tadi di suruh berdiri di depan kelas. Dan secara berurutan kami mendapat amarah dari guru kami. Akibat dari ini semua anak cowok tadi mulai gak suka sama kamu. Tapi tidak buat aku. Aku berpikir kamu mungkin ingin mengajarkan sesuatu bahwa masih ada hal yang lebih berguna daripada hanya bermain. Ya, aku baru menyadarinya sekarang dan aku harus berterima kasih atas itu. Thanks J

ALL THE MAN LOVE TO YOU
Pernah siang itu kami lagi ngumpul di rumah salah satu teman yang biasa dijadiin tempat ngumpul. Lagi serunya maen PS, salah satu teman kami bertanya dengan polosnya. “Kalian selama ini suka sama siapa?” Jujur untuk hal yang satu ini jawabannya kami agak malu-malu. Soalnya kita sudah kelas 5, dan kami cukup dewasa untuk menyikapi masalah yang satu ini. Lalu aku menjawab dengan mantab “Ya ******”. Lalu aku balik nanya. “Kalo kalian gimana?”. Dan ternyata jawaban mereka sama semua denganku. Sejenak kami terdiam. Dalam hati aku menggerutu sendiri “Wah ini saingan sudah banyak, temen sendiri lagi”. Sejak saat itu aku tau siapa cewek idola kami di kelas. Siapa wanita tercantik di kelas. Siapa wanita terpintar di kelas. Siapa wanita yang bisa membuat hari-hariku jadi lebih indah.

Semakin dewasa, aku semakin ganteng aja. Selain itu aku juga lebih rajin les daripada belajar. Aku gak mau kalah sama kamu. Kelas 6 kalau gak salah kita satu tempat les. Di situ aku kadang ngeliatin kamu, tanpa alasan yang jelas senyum-senyum sendiri. Aku sudah mulai gila kali ya. Dan jahatnya kamu gak ngasih aku kesempatan untuk kembali bersinar di kelas untuk kembali ranking sejak kelas 1 caturwulan 1. Damn! You are the best.

Akhirnya kita menginjak masa SMP, meskipun kita di sekolah yang sama untuk kedua kalinya tapi kita sudah gak sekelas lagi dan kamu semakin populer saja ya. Banyak cowok-cowok yang pengen kenal sama kamu dan otomatis itu bisa saja menggeser posisiku dihatimu, hehehe. Kita punya cerita masing-masing. Punya kegiatan masing-masing. Punya orang spesial masing-masing. Yang aku ingat di SMP kamu punya banyak teman dan semakin pintar ya. Dan jadian sama temen SD ku yang juga temen SD mu. Ciyee :D

Sampai akhirnya kita bernajak dewasa, sudah lebih jauh mengenal apa itu teori kuantum kimia, azas balck fisika, reaksi gelap-terang fotosintesis biologi, bagaimana cara mencari luas atau volume benda berputar, dan hal-hal lain yang mungkin baru kita ketahui di SMA. Hal-hal yang banyak itu, gak akan membuat ingatanku lupa tentang masa-masa kanak-kanak itu. Masa dimana aku masih disuapin ketika makan, masih buang air besar di sungai tanpa ada rasa malu, kemana-mana pakai kaos dalam saja dengan kolor pendek, masih suka nonton Dora dan Teletubbies.
Senang ngeliat kamu sekarang menjadi kupu-kupu, indah, berguna, dan dipuji banyak orang. Sedangkan aku apa? Gak lebih dari tumpukan kertas usang.

Yap, itu sudah semua yang aku ingat, dan ada satu hal lagi yang gak akan aku lupa, aku pernah nembak kamu di belakang sekolah. Mungkin kamu sudah lupa, but let me remind you. Kejadiannya kalo gak salah pas kelas 5, pas kelas kita ada di pojok deket tangga ke lantai dua.
Waktu zaman kita SD, HP masih langka, HP yang beredar masih Hitam Putih alias monokrom. Aku termasuk orang yang berutung waktu itu memiliki salah satu HP legendaris Nokia 3310 taraaa!. Aku biasa pake HP itu kalo gak buat maen Space Impact ya SMS. Jadi awalnya itu bermula dari aku SMSan sama temenmu tapi gak tau kenapa bahasannya beralih ke Kamu. Dia tanya panjang lebar, tanya aku suka ke Kamu atau enggak, atau apalah aku lupa. Nah akhir dari SMS yang panjang itu aku besok disuruh ketemuan di belakang sekolah pagi-pagi. Waduh, perasaan udah gak enak nih. Skenario apa yang telah direnanakan aku gak ngerti. Besoknya aku dateng pagi-pagi seperti apa yang temenmu minta, pas aku masuk kelas kamu sama temenmu itu sudah ada di dalam kelas. Huahhh jadi deg-degkan waktu itu. Akhirnya temenmu ngajak ke belakang kelas. Belakang kelas itu kayak gang kecil yang di bawahnya ada selokan kecil. Untungnya selokannya kering, jadi gak bau. So, tanpa basa-basi temenmu tanya ke aku, “Kamu suka ke ******?”. Aku jawab dengan polos “Iya”. Dengan polosnya aku menjawab “iya” tanpa memikirkan akibat apa yang akan terjadi nanti? Damn stupid. Temenmu nyuruh aku buat nembak kamu, temenmu nyuruh bilang kalo aku suka ke Kamu dan nanyain “Kamu mau gak jadi pacarku?”. Ah waktu itu aku gak tau lagi harus ngapain. Aku masih seorang pecundang! Akhirnya hal itu dipatahkan oleh bunyi bel. Sialan tuh bel. Masih ngumpulin keberanian buat ngomong, udah bunyi aja. Dan akhirnya dengan sedikit menyesal, aku masuk di kelas. Di kelas seperti biasa aku bercanda dengan semua orang tanpa pilih-pilih termasuk yang cewek hihihi. Dan aku mencoba melupakan kejadian tadi pagi. Bel istirahat pun berbunyi. Temenmu ngajak aku ke belakang dan kali ini banyak orang yang ngeliat, ah Damn! Ada temenku yang jadi pengacau tuh. Ah, jadinya dia ikut ketemu kalian berdua. Akhirnya dia nyaranin TTMan (Teman Tapi Mesra). Wah ini sudah ada rencana buat ngegagalin acara terpentingku nih. Akhirnya kamu juga bilang “Kita temenan aja ya, aku masih belum boleh pacaran”. Yah kan beneran. Tapi emang bener kok, pacaran anak SD ngapain coba. Dan ini salah satu kenangan yang mungkin akan menjadi bagian favoritku di parkiran sepeda ya waktu itu kalo gak salah. Gak kebayang juga kalo beneran pacaran, pasti besoknya langsung putus tuh, hahaha. Dasar anak ingusan belum tau susahnya pacaran. Dan cerita ini membuktikan bahwa aku emang bener-bener pecundang. Sampai sekarang, aku aja gak berani ngomong. Dulu masih belum berani menatap kamu, tapi sekarang udah agak beranian dikit sih, hehehe.

Gak kebayang kita sudah semakin dewasa, punya jalan masing-masing yang harus dijalani. Selalu ada cara Tuhan mempertemukan dan memisahkan seseorang dari seseorang yang lain. Mungkin kita akan bertemu lagi di lain hari, dan membicarakan semua kekonyolan yang terjadi di sekolah dulu. Ya, saat aku mulai berani menatap matamu dan mengajak bicara kamu. Meskipun aku gak tau hal apa aja yang kamu suka.

No comments:

Post a Comment