Dear you.
Pernah gak merasakan First Love? Atau First Love-mu itu
just a Monkey Love? atau Hippopotamus Love? Kalo diinget-inget sih, pasti seru,
bikin ketawa, senyum-senyum sendiri. First Love-ku dimulai pas waktu SD. Aku
waktu itu suka sama cewek kecil, senyumnya semanis permen lolipop, dan yang
paling aku suka rambutnya yang agak bergelombang. Dulu dia emang gak
kerudungan, tapi mungkin pas SMA dapet ilham mungkin ya, dia sekarang pake
kerudung. Oiya, dia juga pinter kok juara kelas men,udah pinter, baik, meskipun
kadang bikin jengkel sih, dan menurutku sih dia paling cantik di sekolahku.
Tapi itu dulu, sekarang mah banyak yang cantik. Aku mau nyeritain kisah dulu
pas masih cupu. Masa-masa SD, ya dimana wajahku masih belum berjerawat. Emm..
cerita ini berawal..
Setiap kelas punya cerita masing-masing, setiap kelas juga
ada sejarahnya kenapa kita bisa saling kenal, ketawa bareng, sedih ketika sedih
itu dibutuhkan, jengkel ketika ada cowok lain yang ngedeketin gebetan kita atau
kalah main bola sama sekolah lain, berantem dengan teman sendiri atau paling
enggak sama sekolah lain, geng dengan nama yang sangar di sekolah, satu cewek
yang disukai cowok satu kelas sampai nilai sekolah yang gak terlalu membebani
pikiran kita. Huaa.. sungguh memori yang berharga.
Sebelumnya maaf jika cerita ini berantakan, tapi aku
berusaha menata kembali kenangan yang sudah usang. Butuh waktu lama sih, tapi
itu sangat menyenangkan jika bisa mengingat kenangan bersamamu di saat kita
masih belum memperdulikan kerja apa kita kelak, mau jadi apa kita nanti.
Waktu itu tinggiku masih segini, masih suka sama sepatu
yang hadiahnya tamiya atau beyblade daripada yang bagus. Masih suka maen jadi
Power Rangers bohong-bohongan, dan waktu itu Teletubbies dan Dora adalah acara
paling booming. Digimon, Pokemon, Ultraman selalu ditunggu di hari Minggu.
Scooter Po masih terlihat keren. Cita-cita masih seputar polisi, dokter,
masinis, pilot, dan kawan-kawan. Itu masih kelas 1 SD sih, tapi gak jauh beda
sama yang sekarang, hahaha.
Saat itu hari-hari terindah yang pernah aku jalani. Kadang
pingin mengulangnya kembali.. Hemm.. Masa-masa dimana jerawatku masih belum
tumbuh, ya.. sangat bahagia.
PROLOGUE
Aku masih ingat satu sosok perempuan tercantik dikelasku.
Entahlah apa yang membuatnya cantik. Aku sendiri heran. Mungkin karena senyum
dan setiap tingkah lakunya ya? Entahlah dunia memang terasa sempit waktu itu.
Cuma dia yang aku pikirkan, dan berharap bisa bertemu. Meskipun mereka berkata
masih banyak wanita lain tapi, kenapa yang terlihat hanya dia? Sampai akhirnya..
Emm mungkin “Suka”, ya “Suka” itulah kata-kata yang tepat untuk menjelaskan
semua rasa yang dirasakan bocah kecil sepertiku dulu.
TOKOH DIGIMON
Aku ingat pertama aku menyatakan secara tidak langsung
bahwa cewek yang aku suka adalah kamu. Pagi itu aku masuk kelas, kamu dan
teman-temanmu sudah ada dikelas. Biasalah namanya anak perempuan suka ngumpul
dan ngebicarain hal-hal yang gak penting gitu. Setelah melewati sekumpulan
cewek salah satu temanmu nyeletuk bertanya “Ris, kamu suka ke siapa di kelas ini?”.
Untuk seukuran anak SD menanyakan hal seperti itu sudah termasuk anak yang
jenius, sudah dewasa dan mampu mandiri, orang tua dia pasti bangga punya anak
seperti itu -_-. Tapi karena waktu itu aku merasa cowok paling keren di kelas
dan aku gak mau ke”keren”anku hilang, langsung aja tanpa pikir panjang aku
jawab “Sora”. Spontan anak-anak dikelas bilang “ciyeee...”. Aku bingung kenapa
mereka bilang ciyeee? Pertanyaannya, apa yang menyebabkan aku menjawab “Sora”?
Aku jelaskan proses menjawab pertanyaan “Kamu suka ke siapa Ris?” yang diolah
oleh otakku. Pas ditanya, dengan pertanyaan seperti itu, otakku dengan cepat
memroses jawabannya dan yang muncul adalah wajahmu. Dan ya tentu untuk
menyamarkan namamu, otakku memroses hal lain yang hampir mirip denganmu. “Sora”
itu adalah nama karakter cewek di film animasi “Digimon” yang aku suka. So, I
decided to say her name. Tapi sialnya, nama itu nyaris sama seperti namamu. Dan
reflek itu membuatku ditertawakan teman-teman di kelas. Tapi aku tidak bisa
berbohong. Aku terlalu polos. Hey! Aku jujur loh? Terima kasih sudah
mengenalkanku dengan rasa ini. Mungkin sejak itu awal rasa ini muncul. Dan
terima kasih sudah mengajariku untuk jujur meskipun melalui sebuah perumpamaan.
Sejak kejaidan itu juga aku sering diam-diam sering
merhatiin kamu. Itu salah satu alasan kenapa aku sering duduk gak jauh dari
bangku tempat dudukmu. Aku juga kadang gak suka kalo ada cowok lain khususnya
jauh lebih jelek dari aku yang ngedeketin kamu. Hahaha..
PUISI BIKIN CEMBURU
Mungkin bagi siswa SD pelajaran yang disukai selain
menggambar, adalah Bahasa Indonesia. Pelajaran Bahasa Indonesia yang aku dapat
selain membaca dan menulis adalah membuat puisi. Gak seperti puisi
teman-temanku, aku buat puisi tentang kehidupan di desa. Entahlah apa yang
menuntunku untuk membuat puisi tentang pedesaan.Saat itu memang panas sih
cuacanya, apa hubungannya coba? Atau mungkin karena rumahku di desa kali ya?
Tapi bukan puisiku yang jadi inti dari cerita ini. Tapi puisi temen sebangku
ku. Tanpa aku sadari ketika dia dipanggil oleh ibu guru untuk membacakan
puisinya di depan kelas, hatiku terguncang man! Bukan karena puisi temanku yang
bagus ataupun cara dia membacakan puisinya melainkan karena dia buat puisi
tentang kamu. Jelas sudah didalam puisinya berisi hal-hal tentang kamu,
“Wajahmu yang begitu cantik”, “Senyummu yang begitu manis”, ... bla ... bla ...
bla ... bahkan tukang becak pun yang lalu lalang di jalan tau kalo itu puisi
tentang kamu. Sambil melirik ke arahmu dia membacakan puisinya dengan mantap. Gila
bener ni anak, sudah gak ada malu, berani bikin puisi tentang kamu pula. Aku
aja gak berani, memandangmu pun aku gak sanggup malah teman sebangku
ngedahuluin. Tapi itu gak membuat semangatku surut untuk mendapatkan
perhatianmu karena aku tau dia bukan orang yang kamu suka. Tapi waktu itu
ketika aku melihatmu, kamu tersenyum malu mendengar puisi itu. Mungkin karena
kamu aku liatin ya? bukan karena puisinya? Hahaha.
PENGHARAPAN DARI SANG JUARA KELAS
Akhir dari Caturwulan 1 kelas 1 ini selesai. Di tempatku
matahari mulai terasa agak hangat. Ketika aku bermain di halaman belakang rumah
nenekku, ibuku datang membawa buku berwarna merah. Yap! itu raporku. Dan hal
yang tidak diinginkan terjadi. Aku rangking 1 dengan nilai rata-rata 9. Sombong
dikitlah. Dan itu memang patut disombongkan. Karena hanya terjadi sekali seumur
hidupku. Ya, itu ranking 1 pertama dan terakhirku. Awal caturwulan 2, ketika
masuk kelas semua teman kelasku memberi sambutan yang meriah. Aku merasa
seperti seorang petarung yang memenangkan laga gladiator. Aku juga tidak
menyangka banyak teman yang memberi selamat. But, hey dimana ucapan selamatmu?
Aku tidak melihatmu waktu itu. Aku harap kamu juga memberi selamat. Tapi tidak
apalah, cukup tau aja kalo aku pernah pinter dari kamu dan itu terjadi dulu, ya
dulu sekali. Atau mungkin kamu malu ya karena rangking satunya bukan kamu tapi
aku? :D
TEMPAT UNTUK MENDENGARKAN SUARAMU
Waktu di zamanku wartel atau lebih tepatnya Warung Telepon
masih jadi pilihan yang disukai masyarakat khususnya aku untuk berkomunikasi
jarak jauh karena HP masih orang-orang elit yang punya. Ceritanya berawal
ketika aku dan teman-temanku biasa ngumpul di markas malam-malam. Markas yang
aku maksud bukan markas teroris ya, salah satu rumah temanku yang biasanya
menjadi tempat ngumpul kami baik ngerjain PR bareng-bareng ataupun hanya
sekedar maen aja. Semuanya sudah di kerjakan, maen petak umpet udah, maen PS
udah, ngerjain tugas juga udah. Akhirnya kami waktu itu sama-sama iseng punya
inisiatif buat ngerjain kamu atau sama-sama pengen denger suaramu entahlah,
setiap orang punya alasannya sendiri yang gak pernah aku ketahui. Entahlah hal
itu wajar menurutku. Dikelas yang cantik cuma kamu sih, meskipun alternatif
lain juga ada sih, hehe. Pas banget pas kita lagi kumpul di markas, depan
markas ada wartel dan kami putuskan untuk menelponmu lewat wartel. Masalah lain
muncul. Gimana cara kami tau nomor telepon rumahmu? Hal ini sangat mudah bagi
kami. Ilmu ini hanya bisa dikuasai oleh orang-orang yang jenius. Tapi aku
bocorkan karena apabila ilmu yang kita bagikan kepada orang lain itu berguna
dan diamalkan, maka kita akan mendapatkan pahala. Kami dapat nomor telepon
setiap cewek di kelas dari buku binder anak cewek dikelas. Kan sering tu binder
cewek isinya biodata temen sekelas, nah dari situ kita dapet nomor telepon
cewek yang mau kita telepon. Tapi nomor telepon ini bukan nomer HP melainkan
nomor telepon rumah. Nah, iseng-iseng kami pinjam buku bindernya temen cewek
sekelas dan langsung cari nomer telepon cewek yang menjadi incaran kami. Uang
sudah dikumpulkan. Kami berlima masuk di ruang telepon itu. Ada mbak lumayan
cantik yang lagi ngejagain tuh warnet. Kami tekan nomer teleponmu sambil
berharap yang ngangkat telepon itu kamu bukan ayah atau ibumu. “Ckrek” “Halo
siapa ini?” kami pun saling dorong mendorong gagang telepon, masalahnya tidak
ada satu dari kita yang berani ngomong duluan. Akhirnya salah satu teman kami
mau juga untuk berbicara. Mampus ternyata yang ngangkat ibumu. Tapi kami gak
kehilangan akal, awalnya kami yang tersenyum jahat berubah menjadi anak SD
polos yang hendak menanyakan PR pada seorang temannya. “****** ada tante?” kami
menjawab. “Ada, ini siapa ya?” jawab ibumu. “Saya teman kelasnya ******, Otong
tante, mau tanya PR”. “Oh iya sebentar”. Dan trik kami berhasil! Selama uang
kami masih cukup untuk membayar wartel, kami terus saja ngomong hal gak jelas,
nanyain hal-hal yang gak jelas ke kamu. Dan hei! Apa kamu masih ingat apa saja
yang kita bicarakan di telepon?
KAOS SINGLET HANYA INGIN MENEMUIMU
Hal yang satu ini yang menjadi bagian favoritku. Ya
favorit, karena pas kejadian ini kamu terlihat begitu cantik. Setelah sampai di
rumah, aku segera melepas seragamku dan bergegas melakukan rutinitasku setelah
pulang sekolah. Hal yang biasa aku lakukan sepulang sekolah adalah mancing atau
nangkepin ikan, hal ini disebabkan karena aku emang suka ikan dan pasnya waktu
itu di halaman belakang rumah nenekku ada sungainya. Ikannya kalo gak salah
waktu itu mirip ikan guppy. Sampai akhirnya aku mancing di jembatan di
kampungku bareng tetanggaku. Mungkin kamu gak percaya apa yang aku dapat, ikan
sejenis lele tapi makannya kotoran gitu. Hahaha, waktu itu aku emang lagi
polos-polosnya. Gak berapa lama temenku datang dia ngajak buat maen ke rumahmu.
“Ayo maen ke rumah ******” ajak temenku. Tanpa pikir panjang aku langsung
meng”iya”kan dan bergegas pinjam sepeda sepupuku. Karena jaraknya gak begitu
jauh, dengan cepat kami sampai di depan rumahmu kami berdua berteriak manggil
namamu. Ya, mau gak mau harus gitu soalnya halaman rumahmu luas banget sih,
bikin jarak pagar halaman dengan pintu rumahmu itu jauh. Tapi tetap gak
menyurutkan semangat kami untuk bertemu kamu. Setelah kami menunggu lumayan
lama, sampe ayam tetangga bertelor. Akhirnya sesosok wanita mungil keluar dan
membuka pintu gerbang. Kami yang menunggu disebelah pagar tidak tau kalo itu
kamu. Setelah kami menoleh, kami terkejut, langsung salting. Tau kan salting
itu apa? Salting itu adalah ketika orang yang kamu suka, muncul begitu saja
dengan cara tiba-tiba di depanmu dan mengucapkan sepatah atau dua patah kata
seperti “Hai Risky” dengan nada manja dan kecupan sambil mengedipkan mata,
hahaha. Nah, hal itu juga terjadi pada kami, mungkin khususnya aku sih. Dan gak
tau kenapa kami tidak menemukan sepatah kata pun untuk dikatakan dan karena itu
kita memutuskan untuk segera kabur dari hadapanmu. Masalahnya yang membuat kami
kabur bukan karena kamunya, melainkan kami terlalu pecundang untuk basa-basi
dan mengatakan bahwa kami ingin maen kerumahmu. Dan aku sendiri punya alasan,
alasan cukup maco. Aku memakai kaos dalam dan aku baru menyadarinya ketika kamu
muncul. Damn! Ini kejadian emang bikin malu. Ternyata aku lupa ganti baju. Ah,
ini sangat sangat memalukan tapi aku suka kejadian ini. Yang pertama karena
kamu waktu itu benar-benar terlihat cantik dan yang kedua senyumanmu.
Kadang-kadang ketawa sendiri sih, kalo inget-inget kejadian ini.
I COME TO YOU COME TO ME
Pagi itu ada kejadian yang membuatku tidak semangat belajar
di sekolah. Bukan karena uang jajan kurang atau kantin tutup. Tapi waktu itu
kamu lagi sakit dan gak masuk sekolah. Ya mau gak mau harus menjalani hari itu
tanpa ada senyummu. Emang kamu gak pernah senyum ke aku kok, tapi setiap aku
melihat wajahmu, aku merasa bahagia. Ya, bahagia bisa sekelas sama kamu. Jam
pelajaran usai, aku bergegas dengan teman-temanku ke parkiran sepeda. Hei! kami
semua akan menjengukmu. Seperti halnya para singa yang akan mencari mangsanya,
kami pun sangat bersemangat menuju kerumahmu dengan sepeda kayuh kebanggaan
kami. Sampai di depan rumahmu kami semua meneriaki namamu. Sebelumnya, kami
masih rundingan siapa yang akan manggil kamu. Tapi itu tidak berpengaruh, kami
semua manggil-manggil namamu. Bodohnya kami lupa kalo kamu sedang sakit. Tapi
terima kasih sudah mau bukakan kami pintu gerbangmu dan tetap mau menemui kami
dengan keadaan seperti itu dengan SENYUMMU..
Ya, kami waktu itu masih malu-malu. Tak berapa lama bagian
cewek datang. Ah, mereka mengganggu saja. Tidak lama kami juga langsung pamit
pulang. Kami punya acara sendiri saat itu.Harapan kami cuma dua buat kamu,
cepat sembuh dan kamu terhibur dengan kedatangan kami.
Keesokan harinya seperti kehidupan biasanya seorang bocah
ingusan. Bangun pagi, mandi, sarapan dan berangkat ke sekolah. Dan taa daa!
Matahari yang redup itu kembali bersinar. Dengan hentakan kaki yang keras dalam
hati aku berkata “Hai ****** kamu sudah sembuh kan! Ayo buat hariku
menyenangkan ya!”. Pokoknya hari itu sangat ceria penuh dengan canda tawa.
Sekolah usai dan aku bergegas pulang. Sampai dirumah, hanya bermodal kaos
singlet dan kolor aku memulai aktivitasku sendiri. Gak beberapa lama sepupuku
manggil, katanya ada temanku, cewek lagi. Ha? Tunggu-tunggu? Cewek? Apakah aku
baru saja bermimpi? Karena gak percaya, aku langsung lari aja keluar dengan
pakaian seperti itu. Dan ya kali ini Tuhan mewujudkan impianku. Ada
segerombolan cewek main kerumahku. Aku langsung bergegas ke kamar dan ganti
baju. Malulah kalo pake baju kayak gitu.
“Waduh ngapain kalian kesini?” Tanyaku. “Gak boleh ya?”
jawab sala satu orang dari gerombolan cewek itu. “Boleh sih, tapi ngapain coba”
jawabku. Akhirnya orang dirumah nyuruh aku buat mempersilahkan mereka masuk.
Tunggu dulu, itu kan kamu? Ngapain kamu ikut-ikutan main kerumahku? Betapa malu
bercampur bahagianya aku waktu itu. Dalam pikiranku aku menkhayal “Tujuanmu
kesini dalam artian mau bilang “Hei makasih ya sudah mau jenguk aku, sudah
bikin hariku lebih baik, sudah bikin aku cepat sembuh”. Lalu aku jawab “Ah,
gakpapa kok, aku emang niat mau main aja”. Dan kita saling tersenyum dan
tersipu malu”. Just being stupi person with bad imagination, haha.
Baaammm! Khayalan itu hilang seketika bersamaan dengan
suara orang rumah teriak manggilin aku. Berterima kasih kalian semua kepada
orang rumah karena sudah bikinin sirup buat kalian semua. Aku antar satu per
satu gelas yang berisis sirup berwarna hijau itu. Gak lama setelah kalian minum
sirup kalian memutuskan untuk pamit pulang. Wahahaa akhirnya ya. Nah sejak saat
itu aku bingung alasan kalian main kerumahku itu apa? Ataukah itu sebagai
ucapan terima kasih atau kalian haus dan memutuskan lewat rumahku hanya untuk
minum sirup gratis? Entahlah yang pasti waktu itu aku sangat terkesan kalian
mau main kerumahku.
VOLLY KELAS
Waktu itu ada kejadian luar biasa di kelas kami. Guru
Matematika kami tidak masuk dan dia juga tidak memeberi kami tugas, Horee.
Sungguh luar biasa untuk seorang guru Matematika kami tidak memberi tugas dan
membiarkan kami mengering di kelas. Tapi semua itu tidak membuat kami,
khususnya kaum adam kehilangan akal untuk mencari kegiatan yang di bilang
ekstrim. Apa yang kalian lakukan ketika gak ada guru dan gak ada tugas yang
diberikan? Maen kartu? Dengerin musik? Pergi ke kantin? Nyanyi keras-keras?
atau tidur? Itu sudah biasa. Yang kami lakukan lebih ekstrim dari kalian. Ya!
kami bermain volly. Bukan di lapangan tapi ya, karena di lapangan sudah terlalu
mainstream, haha. Kami putuskan untuk bermain di dalam kelas, ya di dalam kelas
men! Coba bayangin maen volly di dalam kelas? Seru kan tuh. Tapi masalahnya
bukan aku yang memulai ide itu. Teman-temanku yang bagian nakalnya yg memulai,
tapi lama kelamaan aku lihat kok kayaknya seru. Jadilah semua anak cowok
sekelas ikut main. Sebenarnya sih aku gak jago-jago banget di bidang olahraga,
tapi aku ikut saja karena seru dan aku ingin menunjukkan kehebatanku dalam
bermain volly. Sok jago gitu. Semoga aja kamu liat pas aku lagi nye-Mash. Tapi
kayaknya kamu sibuk belajar ya? atau ngobrol sama temenmu? Setelah agak lama
bermain salah satu teman kami melakukan smash keras yang berkhir di muka salah
satu teman cewek. Akhirnya diapun nangis dan gara-gari ini kamu langsung
mengadu ke ruang guru. Akhirnya guru Matematika kami datang. Oh God! Kami yang
bermain volly tadi di suruh berdiri di depan kelas. Dan secara berurutan kami
mendapat amarah dari guru kami. Akibat dari ini semua anak cowok tadi mulai gak
suka sama kamu. Tapi tidak buat aku. Aku berpikir kamu mungkin ingin mengajarkan
sesuatu bahwa masih ada hal yang lebih berguna daripada hanya bermain. Ya, aku
baru menyadarinya sekarang dan aku harus berterima kasih atas itu. Thanks J
ALL THE MAN LOVE TO YOU
Pernah siang itu kami lagi ngumpul di rumah salah satu
teman yang biasa dijadiin tempat ngumpul. Lagi serunya maen PS, salah satu
teman kami bertanya dengan polosnya. “Kalian selama ini suka sama siapa?” Jujur
untuk hal yang satu ini jawabannya kami agak malu-malu. Soalnya kita sudah
kelas 5, dan kami cukup dewasa untuk menyikapi masalah yang satu ini. Lalu aku
menjawab dengan mantab “Ya ******”. Lalu aku balik nanya. “Kalo kalian
gimana?”. Dan ternyata jawaban mereka sama semua denganku. Sejenak kami
terdiam. Dalam hati aku menggerutu sendiri “Wah ini saingan sudah banyak, temen
sendiri lagi”. Sejak saat itu aku tau siapa cewek idola kami di kelas. Siapa
wanita tercantik di kelas. Siapa wanita terpintar di kelas. Siapa wanita yang
bisa membuat hari-hariku jadi lebih indah.
Semakin dewasa, aku semakin ganteng aja. Selain itu aku
juga lebih rajin les daripada belajar. Aku gak mau kalah sama kamu. Kelas 6
kalau gak salah kita satu tempat les. Di situ aku kadang ngeliatin kamu, tanpa
alasan yang jelas senyum-senyum sendiri. Aku sudah mulai gila kali ya. Dan
jahatnya kamu gak ngasih aku kesempatan untuk kembali bersinar di kelas untuk
kembali ranking sejak kelas 1 caturwulan 1. Damn! You are the best.
Akhirnya kita menginjak masa SMP, meskipun kita di sekolah
yang sama untuk kedua kalinya tapi kita sudah gak sekelas lagi dan kamu semakin
populer saja ya. Banyak cowok-cowok yang pengen kenal sama kamu dan otomatis
itu bisa saja menggeser posisiku dihatimu, hehehe. Kita punya cerita
masing-masing. Punya kegiatan masing-masing. Punya orang spesial masing-masing.
Yang aku ingat di SMP kamu punya banyak teman dan semakin pintar ya. Dan jadian
sama temen SD ku yang juga temen SD mu. Ciyee :D
Sampai akhirnya kita bernajak dewasa, sudah lebih jauh
mengenal apa itu teori kuantum kimia, azas balck fisika, reaksi gelap-terang
fotosintesis biologi, bagaimana cara mencari luas atau volume benda berputar,
dan hal-hal lain yang mungkin baru kita ketahui di SMA. Hal-hal yang banyak
itu, gak akan membuat ingatanku lupa tentang masa-masa kanak-kanak itu. Masa
dimana aku masih disuapin ketika makan, masih buang air besar di sungai tanpa
ada rasa malu, kemana-mana pakai kaos dalam saja dengan kolor pendek, masih
suka nonton Dora dan Teletubbies.
Senang ngeliat kamu sekarang menjadi kupu-kupu, indah,
berguna, dan dipuji banyak orang. Sedangkan aku apa? Gak lebih dari tumpukan
kertas usang.
Yap, itu sudah semua yang aku ingat, dan ada satu hal lagi
yang gak akan aku lupa, aku pernah nembak kamu di belakang sekolah. Mungkin
kamu sudah lupa, but let me remind you. Kejadiannya kalo gak salah pas kelas 5,
pas kelas kita ada di pojok deket tangga ke lantai dua.
Waktu zaman kita SD, HP masih langka, HP yang beredar masih
Hitam Putih alias monokrom. Aku termasuk orang yang berutung waktu itu memiliki
salah satu HP legendaris Nokia 3310 taraaa!. Aku biasa pake HP itu kalo gak
buat maen Space Impact ya SMS. Jadi awalnya itu bermula dari aku SMSan sama
temenmu tapi gak tau kenapa bahasannya beralih ke Kamu. Dia tanya panjang
lebar, tanya aku suka ke Kamu atau enggak, atau apalah aku lupa. Nah akhir dari
SMS yang panjang itu aku besok disuruh ketemuan di belakang sekolah pagi-pagi.
Waduh, perasaan udah gak enak nih. Skenario apa yang telah direnanakan aku gak
ngerti. Besoknya aku dateng pagi-pagi seperti apa yang temenmu minta, pas aku
masuk kelas kamu sama temenmu itu sudah ada di dalam kelas. Huahhh jadi
deg-degkan waktu itu. Akhirnya temenmu ngajak ke belakang kelas. Belakang kelas
itu kayak gang kecil yang di bawahnya ada selokan kecil. Untungnya selokannya
kering, jadi gak bau. So, tanpa basa-basi temenmu tanya ke aku, “Kamu suka ke
******?”. Aku jawab dengan polos “Iya”. Dengan polosnya aku menjawab “iya”
tanpa memikirkan akibat apa yang akan terjadi nanti? Damn stupid. Temenmu
nyuruh aku buat nembak kamu, temenmu nyuruh bilang kalo aku suka ke Kamu dan
nanyain “Kamu mau gak jadi pacarku?”. Ah waktu itu aku gak tau lagi harus
ngapain. Aku masih seorang pecundang! Akhirnya hal itu dipatahkan oleh bunyi
bel. Sialan tuh bel. Masih ngumpulin keberanian buat ngomong, udah bunyi aja.
Dan akhirnya dengan sedikit menyesal, aku masuk di kelas. Di kelas seperti
biasa aku bercanda dengan semua orang tanpa pilih-pilih termasuk yang cewek
hihihi. Dan aku mencoba melupakan kejadian tadi pagi. Bel istirahat pun
berbunyi. Temenmu ngajak aku ke belakang dan kali ini banyak orang yang
ngeliat, ah Damn! Ada temenku yang jadi pengacau tuh. Ah, jadinya dia ikut
ketemu kalian berdua. Akhirnya dia nyaranin TTMan (Teman Tapi Mesra). Wah ini
sudah ada rencana buat ngegagalin acara terpentingku nih. Akhirnya kamu juga bilang
“Kita temenan aja ya, aku masih belum boleh pacaran”. Yah kan beneran. Tapi
emang bener kok, pacaran anak SD ngapain coba. Dan ini salah satu kenangan yang
mungkin akan menjadi bagian favoritku di parkiran sepeda ya waktu itu kalo gak
salah. Gak kebayang juga kalo beneran pacaran, pasti besoknya langsung putus
tuh, hahaha. Dasar anak ingusan belum tau susahnya pacaran. Dan cerita ini
membuktikan bahwa aku emang bener-bener pecundang. Sampai sekarang, aku aja gak
berani ngomong. Dulu masih belum berani menatap kamu, tapi sekarang udah agak
beranian dikit sih, hehehe.
Gak kebayang kita sudah semakin dewasa, punya jalan
masing-masing yang harus dijalani. Selalu ada cara Tuhan mempertemukan dan
memisahkan seseorang dari seseorang yang lain. Mungkin kita akan bertemu lagi
di lain hari, dan membicarakan semua kekonyolan yang terjadi di sekolah dulu.
Ya, saat aku mulai berani menatap matamu dan mengajak bicara kamu. Meskipun aku gak tau hal apa aja yang kamu suka.
No comments:
Post a Comment